Monday, August 18, 2008

STAND STILL

Tidak ada orang yang senang dengan jalan buntu. Sebab jalan buntu berarti kita tidak dapat meneruskan perjalanan kita. Bahkan kata buntu hampir selalu berkonotasi negatif. Seperti pikiran buntu, gang buntu atau usus buntu.

Saya mencoba cari kata buntu dalam Alkitab bahasa Indonesia dan tidak menemukannya. Bukan berarti tidak ada orang yang mengalami jalan buntu di Alkitab. Yudas yang menjual Yesus misalnya, mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Barangkali Alkitab tidak terdapat kata buntu, karena bagi orang yang berserah kepada Tuhan akan selalu ditemukan jalan keluar. Di dalam Yohanes 14:6 “ Kata Yesus kepadanya: " Akulah jalan dan kebenaran dan hidup”. Yesus mengumpakan DiriNya sebagai jalan. Tentu jalan yang tidak akan berujung dengan kebuntuan tetapi kepada kelepasan dan keselamatan.

Namun kadang-kadang Tuhan mengizinkan kita mengalami kebuntuan dalam kehidupan kita, untuk menolong kita berserah kepadaNya. Sebab pada saat semua jalan buntu, kita tidak dapat mengandalkan logika atau kekuatan manusia lagi. Saat itu kita akan belajar untuk bergantung kepadaNya.


Pada saat istri saya mengandung anak kami yang ketiga, ada satu peristiwa yang mengajarkan kami makna dari penyerahan total kepada Tuhan. Dibulan kehamilan ketiga, istri saya terserang cacar air (varicella).

Dokter mengatakan bahwa pada bulan ketiga janin masih pada pembentukan organ. Cacar yang disebabkan oleh virus itu dapat saja mengakibatkan cacat pada anak tersebut. Dan dari Internet saya mendapati bahwa resiko yang terjadi dapat berupa scars, tangan dan kaki yang tidak sempurna, buta, pendengaran terganggu atau cacat mental.

Beberapa saudara dan teman menganjurkan kami menggugurkan kandungan kami. “Apakah kalian siap merawat anak yang cacat ? itu akan menyusahkan kalian dan menyusahkan anak itu sendiri !” “ Kalian masih muda, masih ada kesempatan punya anak lagi”.


Dalam kebuntuan ini kami hanya bisa berdoa dan bergantung kepadaNya untuk mendapatkan kekuatan. Tidak ada niat sama sekali bagi kami untuk menggugurkan bayi yang Tuhan berikan kepada kami. Dan memutuskan untuk melanjutkan kehamilan ini apapun resikonya.

Kami percaya Tuhan mempunyai rencana untuk kami dan kami siap menerima segalanya. Saya hanya berdoa kepada Tuhan, apapun yang terjadi pada anak kami, berikan kami kemampuan untuk tetap mencintai anak kami dengan limpahnya.

Sejak itu kami berkonsultasi ke banyak dokter dan proffesor. Mereka tidak bisa memberikan jaminan bahwa anak itu akan lahir dalam keadaan sehat. Mereka hanya bisa menganjurkan kami untuk banyak berdoa.

Satu peristiwa lagi terjadi. Pada bulan ke 6, istri saya terkena Campak Jerman (Rubela). Campak itu berlangsung singkat, tapi kami bertambah kuatir akan dampaknya pada janin yang dikandung. Dokter mengatakan Rubela jauh lebih ganas daripada Varicella. Kami makin bingung dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.

Saya tidak mengerti apa makna dibalik semua peristiwa yang menimpa bayi kami dalam kandungan ini. Namun satu cerita dalam Alkitab sangat menguatkan kami. Pada saat bangsa Israel keluar dari Mesir dan dikejar oleh tentara Mesir. Di hadapan mereka adalah laut. Dan tentara Mesir ada di belakang. Saat genting seperti itu, mereka ingin tahu apa yang Tuhan akan perintahkan kepada mereka melalui Musa. Dan Tuhan memberikan jalan keluar dalam Keluaran 14:13 “Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu….”.

Berdirilah tetap. Yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan Stand still. Satu nasihat yang aneh diberikan kepada orang yang berada dalam jalan buntu. Allah meminta mereka untuk diam dan tidak berbuat apa apa. Karena dalam keadaan ketidak berdayaan kita, Allah akan menunjukkan kasih dan kekuasaanNya. Ayat ke 14 mengatakan “TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."

Sungguh luar biasa Tuhan kita. Dan sejak itu, kami menyerahkan seluruh persoalan kami kepadaNya. Kami sudah sampai kepada titik tidak dapat berbuat apa apa. Berdiri tetap. Stand still. Dan membiarkan Tuhan berperang untuk kami.

1 Desember 2004, anak kami lahir melalui caesar kerena denyut jantungnya melemah. Namun Tuhan menunjukkan rahmatNya, anak kami lahir dengan selamat. Dan ia menjadi bukti bagaimana Tuhan akan selalu menyertai kita dalam setiap kesulitan dan pergumulan kita.

Jika kita berada di jalan yang buntu, dan tidak ada lagi yang dapat kita perbuat. Itulah saatnya kita untuk berdiam diri dan membiarkan Tuhan melakukan bagianNya dan mengajarkan kita bagaimana bergantung sepenuhnya kepadaNya

1 comment:

Robin Paimanto said...

What a lovely testimony :: Life threatening moment. Will we stand still ?