Monday, August 18, 2008

KONFERNAS - MANADO

Bermula dari telephone bendahara Konferens menawarkan untuk mengikuti konfernas ke 3 yang di adakan di Manado, maka pagi pagi buta saya sudah duduk manis di ruang tunggu di airport Sukarno Hatta bersama Sdr Musa dan beberapa ibu dari Rawamangun.

Tiga jam penerbangan bersama Lion tidak terasa lama, yang terasa adalah lapar, karena memang tidak disediakan makanan di pesawat. Terpaksa oleh-oleh donat untuk Ayu jadi penahan lapar sementara. Pesawat boeing dengan muatan 240 penumpang akhirnya mendarat di Manado. 10 menit sebelum pendaratan, pesawat sempat bergetar hebat karena cuaca buruk. Roda pesawat terasa keras beradu dengan beton landasan saat pendaratan, menambah phobia saya naik pesawat.

Ternyata sudah ada team yang menjemput kita menuju UNKLAB dengan kendaraan kijang Inova. Hujan rintik rintik menyambut kedatangan saya yang pertama ke kota Manado, kota Tinutuan yang eksentrik dengan banyak hal - makanan adalah salah satunya.

Kampus Unklab yang terletak di kaki gunung Klabat sungguh asri dan menawan. Lahan dengan luas kurang lebih 40 hektar banyak ditumbuhi pepohonan yang lebat. Tampak beberapa gedung tinggi yang tak lain adalah gedung gedung asrama dan gedung kampus. Dan tepat di belakang kampus, berdiri tegak gereja UNKLAB yang luas, megah dan indah. Interior ruang gerejapun sangat anggun dan mempesona.

Saya membayangkan, di sanalah tokoh tokoh CISA seperti Nanang, Rima, Hanny, Kiss, Ria dan masih banyak yang lainnya – bergumul dengan ilmu dan contekan. Dan berhasil meraih kesarjanaan mereka disana. Dan disanalah Hanny meets Rima, seperti film Harry meets Sally.

Data menunjukan mahasiswa baru terus bertambah melebihi daya tampung kampus, sehingga beberapa mahasiswa Manado terpaksa tinggal diluar kampus. Satu prestasi yang patut diajungkan jempol.

Dengan menarik tas baju, saya mulai mencari kamar dengan nomor 130 di gedung Edelweis – yang konon adalah asrama wanita. Kamar di Edelweis ternyata sangat sederhana, tiga buah ranjang tingkat dan itu saja. Tidak ada meja belajar, tidak ada colokan listrik apalagi telepon, TV, kulkas dan WC di dalam. Hehe.. kamar mandi berjarak dekat dengan kamarku. Beberapa bak berjejer untuk gosok gigi. Kamar mandi berada tepat diseberangnya, dan tanpa pintu. Satu hal lagi, jangan mengharapkan air panas.

Untuk mengecas henpon, kita bisa menitipkan di ruang informasi. Sebuah kartu akan diberikan sebagai tanda terima henpon kita yang akan kita gunakan untuk mengambil henpon yang sudah discharge. Hanya saja kita akan kebingunan kalau saat discharge henpon itu berbunyi, bagaimana mengangkatnya ? Lalu saya memasukan voice mail :” telepon tidak bisa diangkat, sedang discharge, harap telp satu jam lagi.. hehe” Maka urusan henponpun terselesaikan dengan baik.

Ada lagi yang cukup menyiksa di malam hari. Pentungan ditiang setiap jam disertai lolongan anjing akan setia menemani kita sepanjang malam. Jam 10.00 PM lampu kamar dimatikan, tidak peduli apakah kita sedang asyik membaca. Tenggg.. dupp .. dan gelap gulita.. !! Saya agak menyesal tidak membawa genset yang baru saya bali, paling tidak lampu charger..

Hujan rintik rintik belum juga reda, sementara acara pembukaan masih lama. Saya lalu nekat jalan sendiri ke kota Manado. Dengan berbekal beberapa potong bahasa Manado yang saya pelajari dari Rima dan Poetry, maka sayapun menaiki mikrolet ke kota Manado.

Mikroket di Manado tak jauh berbeda dengan mikrolet di Jakarta, hanya lebih manusiawi karena tempat duduk menghadap ke depan. Dan selalu full music. Dan stir mobilnya mungil.

Setelah 2 kali ganti mikrolet, sampailah saya di kota Manado – sebuah kota yang tidak dapat dikatakan besar, namun memiliki ciri khas sendiri. Gedung gedung gereja terlihat di sepanjang jalan. Tak kurang beberapa gereja Advent ditemukan di pinggir jalan besar. Bahkan konon disetiap kelurahan, pasti ada gereja Advent.

Hujan yang disertai angin kencang masih terus turun mengikuti saya ke kota Manado. Duduk di depan pintu Mikrolet membuat sepatu dan celana saya basah oleh air hujan yang menyelusup masuk lewat pintu. Saya kebingungan untuk menahan air hujan, mau pindah, semua tempat duduk telah penuh. Seorang ibu melihat itu, lalu membuka kait pintu dan menutup pintu mikrolet. Hmm.. kok gak kepikir yach ?? So simple !

Waktu perjalanan pulang dengan mikrolet, saya melihat seorang ibu yang duduk di depan saya seperti memperhatikan saya. Saya sempat mau geer, tapi karena ibu itu sudah tua, saya gak jadi geer. Tiba tiba dia berkata :” Anda dari MT Haryono II ?”
“lho.. kok Ibu tahu ?”
“Saya maminya Ani.. mertuanya Nanang.”
Barulah saya merasa ibu ini sangat mirip dengan Any. Terbayang dibenak saya wajah Any dengan biolanya. Agak susah membayangkan Any tanpa biola. Sama susahnya membayangkan Nanang tanpa kumis.

Keesokan harinya, Ayu dan suaminya datang berkunjung dan mengambil oleh-oleh pesanannya – dunkin Donat. Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Ayu Ander telah resmi menikah bulan Juni yang lalu di Manado dengan John – begitulah nama suaminya.

Kamis pagi - saya diajak makan bubur Manado bersama Melinda, Billy dan ibu di.. Konon tempat itu dimulai dari satu rumah, dan akhirnya sepanjang jalan itu menjadi tempat kuliner yang sangat ramai dikunjungi. Dan jujur saja, inilah bubur Manado yang paling enak yang pernah saya cicipi.

Jumat pagi, bersama sama dengan utusan yang lain, mengunjungi Bunaken. Sebuah pulau kecil dengan coral laut yang sangat indah.

Demikianlah perjalanan pertamaku ke Manado. Saya telah menikmati 3 B di Manado. B yang pertama adalah Bubur Manado. Terima kasih kepada Melinda dan Billy.

B kedua adalah Bunaken. Pulau dan laut yang sangat indah Terimakasih kepada konferens DKI.

B ketiga adalah BANGUNAN BANGUNAN GEREJA yang sangat banyak tersebar di kota Manado, sesuatu yang tidak akan pernah kita saksikan di kota Jakarta ini. (yang berpikiran lain - bertobatlah.. !!)



Akhirnya.. Sampai juga aku ke Unklab



Pohon pohon besar menghiasi UNKLAB memberi kesan ASRI


Bangunan Asrama dan Ruang Kuliah


dining Room UNKLAB




Ibu dari Any yang kebetulan duduk didepan saya di Mikrolet ke Airmadidi




Ayu Ander dan suaminya John



Makan Bubur Manado di Dego dego - Manado Cafe.. hmmm .. enak tenan


Di traktir sama Melinda, Billy dan Ibu Yauwena


Ini dia pasangan dosen muda di UNKLAB




Suasana Konfernas di Komisi C


Satu satunya cewe dalam perjalanan ke BUNAKEN


Perahu tidak bisa merapat.. terpaksa menyebrang air


Group pendeta dan orang awan yang ke BUNAKEN


Ini ruangan melepas hajat.. haha


Gosok gigi bareng bareng.. asyik



Mandi rame rame.. gak kalah seru, asal gak malu



Tempat tidurku.. untung tidur sendiri..



Makan ikan di BUNAKEN

No comments: